Jalaludin Rumi image |
Oleh Nurohmah
19 Oktober 2012
Puisi. Jika kita bicara tentang puisi,
puisi akrab sekali kita menyebutnya sebagai kata-kata yang disusun dengan
memperhatikan bunyi sehingga menimbulkan arti indah. Puisi selalu identik
dengan perasaan jujur seorang penyair. Jika kita membaca puisi akan lain
dibawanya. Kita akan diarahkan pada berbagai tafsir kata dan simbol. Karena
kita ketahui puisi itu sendiri memiliki bahasa yang berbeda dengan genre sastra
lain seperti prosa. Bahasa puisi lebih rumit karena puisi tidak menggunakan
bahasa sehari-hari. Tetapi inilah ciri khas puisi yang membuat penikmat puisi
akan dibawanya ke alam bawah sadarnya dalam perasaan berangan-angan ketika
menghadapi makna puisi.
Misalnya dalam puisi berikut ini :
CINTA : Lautan Tak Bertepi
Cinta
adalah lautan tak bertepi
langit
hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah
langit berputar karena gelombang Cinta
Andai
tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila
bukan karena Cinta,
Bagaimana
sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana
tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana
ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Semua
itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak
dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap
atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan
naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita
mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah
lagu
pujian Keagungan pada Tuhan.
Karya
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al-Khattabi Al-Bakri
Dalam
puisi “Lautan tak Bertepi” kita bisa
melihat banyak kata-kata yang belum memiliki arti yang sesungguhnya seperti Cinta lautan tak bertepi, serpihan buih belaka, langit berputar, gelombang Cinta, Dunia
akan membeku, tumbuhan akan mengorbankan diri, demi nafas (Ruh) yang
menghamili Maryam, beku dan kaku dan naik
ke atas laksana tunas.
Sejenak kita akan berhenti untuk
memaknai arti yang sesungguhnya pada kata seperti pada Cinta adalah lautan tak bertepi. Saya kira cinta memang lazim membutakan
mata seseorang sehingga seseorang dapat melakukan apapun demi yang dicintainya dalam
kata cinta-tak bertepi berarti cinta memiliki arti yang sangat luas bagi
seseorang. Dan akan merasa kecil ketika kita melakukan suatu kesalahan yang
membuat kita takut kehilangan. Tetapi karena adanya cinta kita mampu menghadapi
apapun. Seperti dikatakan langit berputar
karena gelombang cinta ini dapat seperti kita umpamakan seseorang mampu
seperti langit berputar berarti kita mempunyai kehidupan ini karena adanya
perasaan cinta yang mampu menggerakkan siapapun itu yaitu erat kaitannya dengan
kasih sayang dari sang Pencipta kepada hambanya.
Andai tak ada
Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan
karena Cinta,
Bagaimana
sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Dalam penggalan bait puisi di atas
saya katakan cinta ini erat kaitannya dengan semangat hidup, nyawa karena jika
tak ada cinta dunia akan membeku
artinya dunia akan mati, seseorang tak akan ada yang hidup jika tak ada yang memberinya
nyawa untuk berubah dan tumbuh melihat dunia karena cinta Tuhan kepada hambanya
seseuatu yang organik beruah menjadi tumbuhan. Karena hal ini dapat kita
buktikan nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? Sesuatu yang tak mungkin di
dunia jika Allah menghendaki pasti jadilah dia. Hal ini penyair mempertegas
keagungan Tuhan dalam bait berikutnya, perhatikan penggalan bait berikut :
Bagaimana
tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh
(hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Kita
orang Islam tahu betul bahwa Nabi Isa AS. lahir tanpa bapak. Bukankah ini hal
yang mustahil jika kita buktikan secara akal manusia. Allah membuktikan
kekuasaannya pada Maryam yang diberinya seorang anak. Ini adalah bagian dari
cinta Tuhan pada hambanya untuk mengujinya. Allah mengorbankan Maryam, lewat
Maryam lahirlah Isa. Bukankah jika kita sudah cinta hal apapun yang ingin kita
lakukan ingin sekali itu terjadi. Demikian halnya dengan takdir Maryam. Karena
siapa lagi yang memberi ruh pada tumbuhan dan ruh siapa yang menghamili Maryam
kecuali Tuhan yang membuat melainkan karena perasaan cinta-Nya.
Semua itu akan
menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak dapat
terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom
jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan naik ke atas
laksana tunas.
Cita-cita mereka
yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah
lagu pujian
Keagungan pada Tuhan.
Lihatlah pada seseorang yang sedang putus cinta dan
putus asa karena ia merasa tak ada lagi yang mecintainya. Entah waktu itu ia
sadar atau tidak. Betapa ia tidak semangat dan kehilangan senyumnya kala ia
berpisah dengan sang pujaan hati. Segalanya menjadi beku bagai salju. Tak ada
sisa-sisa semangatnya lagi. Tak ada cahaya yang menuntunnya. Tak dapat terbang
mencari kehidupannya.
Dalam penyelesaian puisi Rumi menyelesaikannya
dengan sangat apik. Cita-cita mereka yang
tak terdengar, sesungguhnya, adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.
Memang dapat kita rasakan sendiri makna dari penggalan puisi tersebut tidak
semua cita-cita, permintaan-permintaan dan doa-doa yang kita panjatkan pada-Nya
langsung terkabul. Bukan karena Tuhan tak mendengar tetapi aku yakin Tuhan
ingin kita lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi dalam mengagungkan pujian
terhadap-Nya. Sesuatu yang tak tercapai lantas kita mengatakan Allah tak
mendengar saya rasa kita belum benar-benar meyakini sifat wajib Allah. Allah
itu tidak tuli. Allah mendengar semuanya. Bahkan allah mendengar suara sekacil
apapun yang tak dapat kita dengar. Karena percayalah kita hanya butuh sedikit
tawakal dan sabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar