oleh
Nurohmah
Menulis sama seperti halnya menggambar.
Sama-sama menumpahkan perasaan. Merasakan energinya dan menyisakan kelegaan
sesudahnya. Sesuatu hal yang bisa kita tuangkan dalam tulisan kita adalah
pengalaman perjalanan. Baik itu suatu tempat hiburan atau hal-hal apa saja yang
dianggap tak wajar atau lumrah. Suatu hal yang sifatnya menyerupai ini biasanya
kita kenal dengan feature.
Dunia yang sangat indah ini sangat
disayangkan jika tidak dinikmati. Oleh
karena itu feature kerap terlahir
dari komunitas pecinta traveling. Kemudian
mereka menuangkan informasi atau bahkan hal-hal yang tidak biasa atau umum
dalam sebuah feature perjalanan atau feature profile. Namun feature kerap menyerupai tulisan-tulisan
fiksi karena sumber penciptaannya yang sama.
Novel bergenre memoar dan feature bahasanya sama-sama terurai
yaitu deskriptif, sumber penciptaannya sama yaitu realitas, dan juga sama-sama
mengandung informasi. Namun hal yang membedakannya yaitu feature lebih ekspositif dan berdasarkan realitas, memiliki
informasi yang lebih menunjang dan dalam konfliknya tidak bercampur dengan
unsur kausalitas pengarang seperti alur, karena tulisan fiksi hanya bersifat
hiburan semata dan tidak semuanya komprehensif.
Saat ini karya sastra memang berkembang
begitu pesat. Mengalahkan kiprahnya penulis opini. Penulis sastra pun kini telah
menempati bloknya masing-masing. Entah itu blok sastra populer, domestic drama, mainstream romance, baby love,
teen romance, chicklit, teenlit, fiksi
mini dan masih banyak lagi blok lainnya. Feature
sendiri juga banyak macamnya, misalnya feature
perjalanan, feature pribadi, feature how to, feature sejarah, feature interpretatif
dan feature musiman.
Seperti halnya keranjingan, menulis
adalah suatu hal yang tidak dapat dihentikan. Begitu juga penulis, mereka
menulis apapun yang melintas dalam benak mereka. Terkadang mereka menulis tidak
sepenuhnya murni dari hasil imajinasi. Ada kalanya mereka menemukan kebuntuan
dan akhirnya mereka pergi mendatangi suatu tempat yang dianggapnya akan
memberikan ilham. Oleh karena itu, tak jarang pengarang menulis kehidupannya
sendiri dalam karyanya. Begitu juga halnya feature,
mereka lahir dari pengalaman yang penulis temui.
Sekitar satu bulan yang lalu, di kampus
tercinta tempat saya menuntut ilmu menyelenggarakan acara penulisan editorial,
berita dan feature. Salah seorang
pemateri bernama Mahir Pradana penulis novel “Rhapsody” menceritakan kepada
kami bahwa dia telah menulis feature pribadi
yang berjudul “Mercedes”. Sama seperti apa yang saya rasakan ketika mendengar
judul tersebut, Mahir mengaku langsung terlintas dalam pikirannya bahwa itu
adalah nama sebuah mobil mewah ketika mewawancarai Mercedes.
“Mercedes? Ya, itu adalah nama yang
sangat bagus.” Begitu mungkin gambaran dari seorang Mahir ketika mewawancarai
ibunya Mercedes.
Apapun suatu bentuk tulisan, apakah itu
fiksi atau nonfiksi, yang terpenting adalah tulisan kita memberikan banyak
manfaat bagi komunitas pembaca. Teruslah menulis dan biarkan khalayak yang
menilainya. Terlepas itu bagus atau tidak, jangan pedulikan hal tersebut,
karena perkara menulis bukanlah mengejar nilai A. Namun menulis adalah sebuah
panggilan.