113-hand-with-ball-of-energy |
Belajar dari kelima jari tangan
Pelajaran
ini Allah berikan melalui salah seorang ustadz dalam suatu daurah.
Jempol atau
ibu jari, mewakili potensi. Biasanya kita mengacungkan jempol sebagai tanda untuk
menilai suatu kelebihan, kebaikan, kecakapan, atau hal lain yang dianggap
pantas ‘diacungi jempol’. Ibu jari ini mengingatkan kita betapa pentingnya
mengembangkan potensi di dalam diri kita. Teruslah memperbaiki dan
mengembangkan diri sehingga kita memiliki potensi yang bermanfaat bagi umat dan
pantas ‘diacungi jempol’.
Jari
telunjuk, mewakili arah. Biasanya kita menggunakan telunjuk untuk menunjukkan
suatu arah. Begitupun dalam hidup kita, telunjuk mengingatkan kita untuk selalu
memiliki arah, visi, tujuan yang ingin kita capai. Tentukan tujuan hidup kita.
Visualisasikan mimpi yang ingin kita gapai dengan jelas. Fokuslah pada arah
atau tujuan hidup kita.
Jari tengah,
mewakili keseimbangan. Jari tengah ini merupakan jari yang berada di
tengah dan memiliki tugas untuk menyeimbangkan kedua jari yang berada di sebelah
kanan dan kirinya. Jari tengah mengingatkan kita untuk selalu menjaga
keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan antara jasad, akal, dan ruh.
Keseimbangan antara makanan, minuman, dan udara. Keseimbangan antara tugas kita
sebagai abid dan sebagai khalifah atau pemimpin. Keseimbangan antara takut dan
harap. Keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Jari manis,
mewakili relasi. Entah darimana asalnya mengapa jari ini disebut jari
manis. Mungkin karena jari jari ini menjadi salah satu bagian tubuh yang digunakan
untuk memasangkan simbol sebuah relasi, seperti pernikahan. Jari manis
mengingatkan kita untuk selalu menjaga silaturahim dengan orang-orang di
sekitar kita. Perbanyaklah silaturahim, jagalah silaturahim, sambunglah kembali
silaturahim.
Jari
kelingking, mewakili kehati-hatian. Mungkin karena jari
ini berukuran paling kecil di antara keempat jari lain, maka jari ini terkadang
sering diabaikan. Padahal tidak ada hal sekecil apapun yang sia-sia. Jari
kelingking mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati terhadap sesuatu yang
kita anggap remeh. Bisa jadi hal yang kecil menjadi suatu masalah yang besar
bila kita kurang hati-hati dalam bersikap. Bukankah taqwa itu seperti berjalan
di atas jalan berduri. Berhati-hatilah dalam melangkah.
Subhanallah
banyak sinergitas yang bisa kita dapat ketika kelima jari ini kita gabungkan.
Coba gabungkan kelima jari kita. Kepalkan di udara lalu berteriaklah,
semangat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar