Oleh Nurohmah
24 Oktober 2012
Hewan mati tetap saja akan menjadi hewan (bangkai). Gelandangan mati dipinggir jalan menjadi sampah. Tak ada yang memandang apalagi melihat dan sampai menguburkan seperti manusia lainnya yang mati di atas ranjangnya. Dan apalagi jika mati karena tertabrak mobil di jalan raya mungkin mayat itu habis terlindas oleh mobil lain yang melintas. Akhirnya benar-benar menjadi sampahlah ia. Sampah busuk di pinggir jalan dan jika tak dibuang akan menyebarkan wangi tak sedap. Namun yang anehnya hidung manusia di sana masih tetap saja nyaman bernapas. Entah mereka sudah biasa atau karena memang hidung mereka sudah tak peka lagi saya juga kurang tahu. Bisa juga karena mereka sengaja menjadikan itu semua sebagai sampah pemandangan yang unik. Tapi apa bagusnya sampah itu dipajang?
Virus yang tak terlihat oleh mata telanjangpun sangat berbahaya. Apalagi jika virus itu kelihatan. Mungkin virus juga akan meniru kehidupan kaum Bani Israil (saling membunuh). Dunia telah sekian lama berada pada zaman yang lebih baik setelah Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Namun sepertinya dunia seolah sekarang perlahan telah kembali pada zaman kegelapan. Sudah jarang manusia yang mau bersusah payah berusaha demi sesuap nasi. Rakyat jelata diinjak-injak harga dirinya. Manusia tak lagi memandang manusia sebagai manusia. Dan satu berbanding sekian pemimpin yang masih mau memandang ke bawah dan bercermin diri. Aku yang hidup pada zaman ini kadang merasa gerah setiap hari yang kulihat hanyalah lautan orang yang berambisi pada persaingan dunia, titel dan jabatan.
Ketika puisi harus berbicara untuk berjuta unek-unek yang menumpuk di tempurung otakku. Harus dari belah mana dulu puisi memulainya. Puisi adalah surganya para penyair. Kerajaan penyair yang tak memerlukan tahta. Kehidupannya sangat sederhana. Namun jika suatu hari puisi meledak dapat dikatakan puisi ibarat bahan utama peledak yang dapat menghancurkan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Membakar dan menghanguskan virus-virus yang tak terlihat sekalipun. Mengapa demikian? Karena puisi akrab sekali dengan sifat manusia yang paling mulia yaitu kejujuran. Para penguasapun takut padanya.
Mengapa harus puisi? Mengapa tidak lagu dangdut saja yang sangat akrab di telinga masyarakat kalangan bawah yang selalu didengarkan tiap pagi oleh mereka meski hanya ditemani kopi pahit saja. Puisi ditulis penyair bukan semata karena uang. Bukan suatu cita-cita apalagi gelar. Namun puisi ditulis penyair sebagai suatu kebutuhan. Puisi adalah teman sejati yang tak pernah berontak pada penulisnya. Karena puisilah kita dapat memegang dunia. Dunia seolah berada di tangan dan tintanya. Berminpi, percaya, dan keyakinannya pada puisi untuk membawanya bebas memandang dunia. Kesetiaanya membantu imaji menciptakan sebuah karya. Dan jika penyair harus mati. Mati bukan berarti kalah. Mengenang Widji Tukul (Wiji Widodo) pada peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.
Menulis itu hal yang menyenangkan. Karena menulis adalah jembatan yang membawa pada pembebasan berpikir. Menulis adalah media yang membebaskanmu dari terbelenggunya pemikiran yang tak sempat tersampaikan secara langsung. Menurut Dr. Pennebaker, menulis itu menjernihkan pikiran, menulis dapat mengatasi trauma, menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah dan menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis.
Dan mengapa harus menulis puisi? Puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia. Pertama sekali yang kita peroleh ketika membaca sebuah puisi adalah pengalaman. Semakin banyak orang membaca puisi semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh / nikmati, terlebih pula pengalaman imajinatif. Dan sebenarnya suatu pengungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat, di mana kata-kata condong pada artinya yang konotatif, itulah yang dimaksudkan puisi yang sebenarnya (Tirtawirya, 1983:3).
Puisi mampu memberikan kesenangan atau hiburan kepada pembaca. Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka membentuk pandangan hidupnya. Hal itu mungkin saja terjadi karena pada awal pertumbuhannya, puisi sangat erat hubungannya dengan filsafat dan agama. Bahkan Anda yang beragama Islam, tentunya telah memaklumi bahwa Kitab Suci Al-Quran teruntai dalam rangkaian puisi yang indah. Begitu juga renungan para pujangga Jawa dan Sunda, umumnya juga disusun dalam bentuk tembang.
Unsur kehikmahan yang bermanfaat dalam mengembangkan filsafat hidup pembaca dapat meliputi berbagai masalah yang sangat kompleks. Kompleksitas itu terjadi karena, sebagai suatu kreasi seni, puisi dapat mengangkat bahan penciptaannya dari kompleksitas masalah dalam kehidupan itu sendiri, dari segala yang ada dan mungkin ada. Oleh sebab itulah, puisi pada dasarnya juga mampu menggambarkan problema manusia yang bersifat universal, yakni tentang masalah hakikat kehidupan, hakikat manusia, kematian dan ketuhanan.
***
Jika sastra khususnya puisi memberikan manfaat seperti di atas, maka mulai saat ini tidak ada kata terlambat untuk mulai mengakrabkan diri dengan puisi. Oleh karena itu, kita dapat memulainya dengan mencatatkan hal-hal penting atau peritiwa penting. Dalam hal ini buku diary atau buku apa saja yang selalu Anda bawa menjadi sangat bermanfaat untuk menampungnya. Buku diary ini akan membantu kita dalam membangun kembali emosi yang kita lalui pada saat itu ke dalam puisi.
Daftar Pustaka
Aminuddin, Drs. (2009). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Djojosuroto, Kinayati. (2006). Pengajaran Puisi. Bandung: Penerbit Nuansa.
Hernowo. (2004). Quantum Writing. Bandung: Mizan Media Utama.
Rabu, 31 Oktober 2012
Senin, 29 Oktober 2012
Spain? Do you know spain?
Spanyol – Negara Adidaya Di Masa Islam
(dikutip dari berbagai sumber)
Masuk dan menyebarnya Islam di Spanyol menjadi fakta sejarah yang membantah kesan bahwa dakwah Islam disampaikan dengan kekerasan. Tak hanya itu, Islam di Spanyol juga telah mengantarkan wilayah ini mencapai kejayaannya dengan sejumlah penemuan ilmiah revolusioner.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan orientalis Barat berkembang persepsi, dalam dakwahnya para tokoh Islam ibarat menggenggam Al-Qur’an di tangan kanan dan menghunus sebilah pedang di tangan kiri.
Seolah-olah, demikian dikesankan para orientalis, satu-satunya pilihan bagi mereka yang tidak menerima Islam adalah: mati! Penilaian tersebut untuk menstigma bahwa Islam adalah ajaran kejam dan pengikutnya tidak lebih dari seorang jagal. Padahal peperangan yang dilakukan Islam di masa Rasul dan sahabatnya ataupun masa sesudahnya, jauh dari kesan kejam dan brutal. Syari’at Islam menjelaskan perang dalam Islam terdiri dari dua jenis. Pertama adalah perang defensif karena diserang dan dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan wilayah kaum muslimin. Kedua, perang ofensif dengan tujuan menghancurkan penghalang dakwah. Biasanya penghalang dakwah berupa digelarnya pasukan oleh penguasa kafir yang menolak wilayahnya dimasuki ajaran Islam dan kaum muslimin. Karena menyebarkan dakwah adalah kewajiban syara’, maka peperangan menjadi metoda yang absah dalam konteks syari’at Islam dan sejarah perkembangan Islam.
>
Lagipula perang dalam Islam untuk menghidupkan umat manusia, bukan memusnahkan. Oleh karena itu, ketika kaum muslimin menang perang dan menguasai wilayah, tidak bertujuan menjajahnya.
Masuk dengan Damai
Islam sendiri, jelas mengutamakan perdamaian. Perjalanan sejarah masuk dan menyebarnya Islam di Spanyol, menjadi salah satu buktinya. Dalam proses yang memakan waktu relatif singkat, tiga tahun, Islam berhasil menyebar ke seantero Spanyol. Hebatnya lagi, para pendakwah yang memperkenalkan Islam di Spanyol dari tahun 711 hingga 714 Masehi itu, hanya mengalami satu kali peperangan.
Peperangan itu pecah pada awal masuknya Islam ke sana, yaitu sekitar tahun 709 Masehi di Guadelete, sebuah kota terkemuka dekat Cadiz. Peperangan itu sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama umat Kristen Spanyol. Raja Roderick yang berkuasa saat itu memaksakan keyakinan trinitas Kristen yang dianutnya kepada umat Nasrani Aria. Berbeda dengan para pendukung Roderick yang meyakini Nabi Isa sebagai Yesus, yaitu Allah Bapak, Anak Tuhan, dan Ruh Kudus, kaum Nasrani Aria meyakini Nabi Isa semata sebagai Rasulullah. Pemaksaan keyakinan Trinitas oleh Raja Roderick ini menimbulkan penindasan di kalangan Nasrani Aria. Lantas pimpinan merekapun mendukung pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad, sesaat setelah memasuki wilayah Andalusia melalui selat Giblatar. Maka pecahlah perang antara pasukan Raja Roderick dengan pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad. Sejarawan Barat yang beraliran konservatif, W. Montgomery Watt dalam bukunya Sejarah Islam di Spanyol mencoba meluruskan persepsi keliru para orientalis Barat yang menilai umat Islam sebagai yang suka berperang. Menurutnya, “Mereka (para orientalis) umumnya mengalami mispersepsi dalam memahami jihad umat Islam. Seolah-olah seorang muslim hanya memberi dua tawaran bagi musuhnya, yaitu antara Islam atau pedang. Padahal bagi pemeluk agama lain, termasuk ahli kitab, mereka bisa saja tidak masuk Islam meski tetap dilindungi oleh pemerintahan Islam”.
Itulah yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah masuknya Islam ke Spanyol. Islam tak hanya masuk dengan damai, namun dengan cepat menyebar dan membangun peradaban tinggi hingga Spanyol mencapai puncak kejayaannya. Kota-kota terkemuka Spanyol seperti Andalusia dan Cordova menjadi center of excellent peradaban dunia.
Montgomery menganalisa, ini karena Islam tak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syari’at Islam sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Tak mengherankan jika para ulama terkemuka seperti Ibnu Rusyd (1126-1198) misalnya, yang di Barat dikenal dengan Averous, diakui pula sebagai ilmuwan yang handal di bidangnya. Demikian halnya dengan Ibnu Arabi (1165-1240) yang juga telah mengharumkan Islam di Spanyol.
Ilmu pengetahuan bukanlah bagian yang terpisahkan dari syari’at Islam dan etika moral. Menurut Montgomery, tak ada yang dapat melukiskan relasi antara ilmu pengetahuan, agama, dan etika daripada kata-kata filosofis Ibnu Rusyd. Filsafat tak berarti apa-apa jika tak bisa menghubungkan ilmu pengetahuan, agama, dan etika dalam suatu relasi harmonis. Ilmu pengetahuan, demikian Ibnu Rusyd, dibangun di atas fakta-fakta dan logika hingga sampai kepada suatu penjelasan rasional. Etika, merefleksikan manfaat setiap riset ilmiah, sehingga harus dapat memberi nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan firman Allah, itulah Al-Qur’an, menjadi satu-satunya pembimbing kita untuk sampai pada tujuan hakiki dari hidup ini.
Temuan-temuan Iptek
Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i.
Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan itu satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip “tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan referensi.
Toh sejarah tak bisa berdusta. Demikian halnya dalam pengembangan ilmu kedokteran oleh para pakar muslim. Selain Ibnu Rusyd, adalah Az-Zahrawi yang dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan manusia. Az-Zahrawi yang lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal sebagai penyusun ensiklopedi pembedahan yang karya ilmiahnya itu dijadikan referensi dasar bedah kedokteran selama ratusan tahun. Sejumlah universitas, termasuk yang ada di Barat, menjadikannya sebagai acuan.
Demikian halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi. Adalah Az-Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian, transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe. Sementara pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099 Masehi, setelah menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi. Suatu metode yang sama dengan yang dikembangkan Mercator, empat abad kemudian.
Eropa Berhutang Budi Temuan sains dan teknologi, serta kajian filsafat Muslim Spanyol, mengalir ke seluruh kawasan ibarat mengairi kekeringan kehidupan intelektual Eropa. Para pelajar dari Eropa Barat memenuhi perpustakaan-perpustakaan serta kampus-kampus perguruan tinggi yang dibangun oleh ilmuwan muslim di sana.
Pola pendidikan yang dikembangkan para ilmuwan muslim di sana, sungguh memikat para pelajar dari Eropa. Dalam kitabnya yang berjudul Muqaddimah, ulama Muslim terkemuka Ibnu Khaldun menilai metode pendidikan yang dikembangkan saat itu sebagai “Mengarahkan seseorang untuk mengerti sesuatu melalui apa yang dikerjakannya”. Secara sederhana Ibnu Khaldun menyebutnya sebagai “Metode belajar dengan hati” atau “Learning by doing” dalam bahasa kita sekarang.
Kondisi inilah yang mencerahkan paradigma berpikir orang-orang Eropa. Menurut Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi “dinamo”nya, Barat bukanlah apa-apa.
Inilah yang sesungguhnya menjadi momentum Eropa memasuki masa Renaissance. Pada abad sembilan, demikian Montgomery, Universitas Cordoba menjadi gerbang Eropa memasuki zaman pencerahan. Sayangnya orang-orang Eropa merasa pencerahan mereka berawal pada abad enam belas dari Florence di Italy.
Yaitu pada saat pemimpin Eropa bersepakat ‘meninggalkan’ agama dalam segala aspek kehidupan dan mengembangkan apa yang disebut sekularisme. Akibatnya, keagungan peradaban Islam yang dibangun di Spanyol berakhir dengan tragis. Yaitu pada saat penguasa di sana menghancurkan semua karya pemikiran para ilmuwan muslim. Tidak hanya karya-karyanya yang dimusnahkan, para ilmuwannya pun disingkirkan.
Ibnu Massarah diasingkan, Ibnu Hazm diusir dari tempat tinggalnya di Majorca, kitab-kitab karya Imam Ghazali dibakar, ribuan buku dan naskah koleksi perpustakaan umum al Ahkam II dihanyutkan ke sungai. Ibnu Tufail, Ibnu Rushdy disingkirkan. Nasib yang sama, juga dialami Ibnu Arabi. Akhirnya, kebijakan bumi hangus tersebut telah menyebabkan kesulitan merekonstruksi perjalanan sejarah Islam di Sevila, Cordoba, dan Andalusia sebagai bukti keagungan peradaban Islam di Spanyol tidak bias dipungkiri, meski kemudian sirna dihancurkan dalam Perang Salib. Tepat pada 2 Januari 1492, Sultan Islam di Granada, Abu Abdullah, untuk terakhir kalinya melihat Al Hambra…
yang benar datangnya dari Allah, kesalahan berasal dari kejahilan hamba-Nya yang dho’if..
300px-Patio_de_los_Arrayanes |
Masuk dan menyebarnya Islam di Spanyol menjadi fakta sejarah yang membantah kesan bahwa dakwah Islam disampaikan dengan kekerasan. Tak hanya itu, Islam di Spanyol juga telah mengantarkan wilayah ini mencapai kejayaannya dengan sejumlah penemuan ilmiah revolusioner.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan orientalis Barat berkembang persepsi, dalam dakwahnya para tokoh Islam ibarat menggenggam Al-Qur’an di tangan kanan dan menghunus sebilah pedang di tangan kiri.
Seolah-olah, demikian dikesankan para orientalis, satu-satunya pilihan bagi mereka yang tidak menerima Islam adalah: mati! Penilaian tersebut untuk menstigma bahwa Islam adalah ajaran kejam dan pengikutnya tidak lebih dari seorang jagal. Padahal peperangan yang dilakukan Islam di masa Rasul dan sahabatnya ataupun masa sesudahnya, jauh dari kesan kejam dan brutal. Syari’at Islam menjelaskan perang dalam Islam terdiri dari dua jenis. Pertama adalah perang defensif karena diserang dan dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan wilayah kaum muslimin. Kedua, perang ofensif dengan tujuan menghancurkan penghalang dakwah. Biasanya penghalang dakwah berupa digelarnya pasukan oleh penguasa kafir yang menolak wilayahnya dimasuki ajaran Islam dan kaum muslimin. Karena menyebarkan dakwah adalah kewajiban syara’, maka peperangan menjadi metoda yang absah dalam konteks syari’at Islam dan sejarah perkembangan Islam.
>
Lagipula perang dalam Islam untuk menghidupkan umat manusia, bukan memusnahkan. Oleh karena itu, ketika kaum muslimin menang perang dan menguasai wilayah, tidak bertujuan menjajahnya.
Masuk dengan Damai
Islam sendiri, jelas mengutamakan perdamaian. Perjalanan sejarah masuk dan menyebarnya Islam di Spanyol, menjadi salah satu buktinya. Dalam proses yang memakan waktu relatif singkat, tiga tahun, Islam berhasil menyebar ke seantero Spanyol. Hebatnya lagi, para pendakwah yang memperkenalkan Islam di Spanyol dari tahun 711 hingga 714 Masehi itu, hanya mengalami satu kali peperangan.
Peperangan itu pecah pada awal masuknya Islam ke sana, yaitu sekitar tahun 709 Masehi di Guadelete, sebuah kota terkemuka dekat Cadiz. Peperangan itu sebenarnya bermula dari pertikaian antara sesama umat Kristen Spanyol. Raja Roderick yang berkuasa saat itu memaksakan keyakinan trinitas Kristen yang dianutnya kepada umat Nasrani Aria. Berbeda dengan para pendukung Roderick yang meyakini Nabi Isa sebagai Yesus, yaitu Allah Bapak, Anak Tuhan, dan Ruh Kudus, kaum Nasrani Aria meyakini Nabi Isa semata sebagai Rasulullah. Pemaksaan keyakinan Trinitas oleh Raja Roderick ini menimbulkan penindasan di kalangan Nasrani Aria. Lantas pimpinan merekapun mendukung pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad, sesaat setelah memasuki wilayah Andalusia melalui selat Giblatar. Maka pecahlah perang antara pasukan Raja Roderick dengan pasukan Muslim pimpinan Tariq bin Ziyad. Sejarawan Barat yang beraliran konservatif, W. Montgomery Watt dalam bukunya Sejarah Islam di Spanyol mencoba meluruskan persepsi keliru para orientalis Barat yang menilai umat Islam sebagai yang suka berperang. Menurutnya, “Mereka (para orientalis) umumnya mengalami mispersepsi dalam memahami jihad umat Islam. Seolah-olah seorang muslim hanya memberi dua tawaran bagi musuhnya, yaitu antara Islam atau pedang. Padahal bagi pemeluk agama lain, termasuk ahli kitab, mereka bisa saja tidak masuk Islam meski tetap dilindungi oleh pemerintahan Islam”.
Itulah yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah masuknya Islam ke Spanyol. Islam tak hanya masuk dengan damai, namun dengan cepat menyebar dan membangun peradaban tinggi hingga Spanyol mencapai puncak kejayaannya. Kota-kota terkemuka Spanyol seperti Andalusia dan Cordova menjadi center of excellent peradaban dunia.
Montgomery menganalisa, ini karena Islam tak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syari’at Islam sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Tak mengherankan jika para ulama terkemuka seperti Ibnu Rusyd (1126-1198) misalnya, yang di Barat dikenal dengan Averous, diakui pula sebagai ilmuwan yang handal di bidangnya. Demikian halnya dengan Ibnu Arabi (1165-1240) yang juga telah mengharumkan Islam di Spanyol.
Ilmu pengetahuan bukanlah bagian yang terpisahkan dari syari’at Islam dan etika moral. Menurut Montgomery, tak ada yang dapat melukiskan relasi antara ilmu pengetahuan, agama, dan etika daripada kata-kata filosofis Ibnu Rusyd. Filsafat tak berarti apa-apa jika tak bisa menghubungkan ilmu pengetahuan, agama, dan etika dalam suatu relasi harmonis. Ilmu pengetahuan, demikian Ibnu Rusyd, dibangun di atas fakta-fakta dan logika hingga sampai kepada suatu penjelasan rasional. Etika, merefleksikan manfaat setiap riset ilmiah, sehingga harus dapat memberi nilai tambah bagi kehidupan. Sedangkan firman Allah, itulah Al-Qur’an, menjadi satu-satunya pembimbing kita untuk sampai pada tujuan hakiki dari hidup ini.
Temuan-temuan Iptek
Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i.
Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan itu satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip “tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan referensi.
Toh sejarah tak bisa berdusta. Demikian halnya dalam pengembangan ilmu kedokteran oleh para pakar muslim. Selain Ibnu Rusyd, adalah Az-Zahrawi yang dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan teknik pembedahan manusia. Az-Zahrawi yang lahir dekat Cordova pada 936 Masehi, dikenal sebagai penyusun ensiklopedi pembedahan yang karya ilmiahnya itu dijadikan referensi dasar bedah kedokteran selama ratusan tahun. Sejumlah universitas, termasuk yang ada di Barat, menjadikannya sebagai acuan.
Demikian halnya kontribusi ilmuwan Islam di bidang astronomi. Adalah Az-Zarqalli, astronom muslim kelahiran Cordova yang pertama kali memperkenalkan astrolabe. Yaitu suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur jarak sebuah bintang dari horison bumi. Penemuan ini menjadi revolusioner karena sangat membantu navigasi laut. Dengan demikian, transportasi pelayaran berkembang pesat selepas penemuan astrolabe. Sementara pakar geografi, Al-Idrisi, yang lahir di Ceuta pada 1099 Masehi, setelah menuntut ilmu di Cordova juga menemukan dan memperkenalkan teknik pemetaan dengan metode proyeksi. Suatu metode yang sama dengan yang dikembangkan Mercator, empat abad kemudian.
Eropa Berhutang Budi Temuan sains dan teknologi, serta kajian filsafat Muslim Spanyol, mengalir ke seluruh kawasan ibarat mengairi kekeringan kehidupan intelektual Eropa. Para pelajar dari Eropa Barat memenuhi perpustakaan-perpustakaan serta kampus-kampus perguruan tinggi yang dibangun oleh ilmuwan muslim di sana.
Pola pendidikan yang dikembangkan para ilmuwan muslim di sana, sungguh memikat para pelajar dari Eropa. Dalam kitabnya yang berjudul Muqaddimah, ulama Muslim terkemuka Ibnu Khaldun menilai metode pendidikan yang dikembangkan saat itu sebagai “Mengarahkan seseorang untuk mengerti sesuatu melalui apa yang dikerjakannya”. Secara sederhana Ibnu Khaldun menyebutnya sebagai “Metode belajar dengan hati” atau “Learning by doing” dalam bahasa kita sekarang.
Kondisi inilah yang mencerahkan paradigma berpikir orang-orang Eropa. Menurut Montgomery, cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi “dinamo”nya, Barat bukanlah apa-apa.
Inilah yang sesungguhnya menjadi momentum Eropa memasuki masa Renaissance. Pada abad sembilan, demikian Montgomery, Universitas Cordoba menjadi gerbang Eropa memasuki zaman pencerahan. Sayangnya orang-orang Eropa merasa pencerahan mereka berawal pada abad enam belas dari Florence di Italy.
Yaitu pada saat pemimpin Eropa bersepakat ‘meninggalkan’ agama dalam segala aspek kehidupan dan mengembangkan apa yang disebut sekularisme. Akibatnya, keagungan peradaban Islam yang dibangun di Spanyol berakhir dengan tragis. Yaitu pada saat penguasa di sana menghancurkan semua karya pemikiran para ilmuwan muslim. Tidak hanya karya-karyanya yang dimusnahkan, para ilmuwannya pun disingkirkan.
Ibnu Massarah diasingkan, Ibnu Hazm diusir dari tempat tinggalnya di Majorca, kitab-kitab karya Imam Ghazali dibakar, ribuan buku dan naskah koleksi perpustakaan umum al Ahkam II dihanyutkan ke sungai. Ibnu Tufail, Ibnu Rushdy disingkirkan. Nasib yang sama, juga dialami Ibnu Arabi. Akhirnya, kebijakan bumi hangus tersebut telah menyebabkan kesulitan merekonstruksi perjalanan sejarah Islam di Sevila, Cordoba, dan Andalusia sebagai bukti keagungan peradaban Islam di Spanyol tidak bias dipungkiri, meski kemudian sirna dihancurkan dalam Perang Salib. Tepat pada 2 Januari 1492, Sultan Islam di Granada, Abu Abdullah, untuk terakhir kalinya melihat Al Hambra…
yang benar datangnya dari Allah, kesalahan berasal dari kejahilan hamba-Nya yang dho’if..
Sabtu, 20 Oktober 2012
Puisi dalam Lautan tak Bertepi
Jalaludin Rumi image |
Oleh Nurohmah
19 Oktober 2012
Puisi. Jika kita bicara tentang puisi,
puisi akrab sekali kita menyebutnya sebagai kata-kata yang disusun dengan
memperhatikan bunyi sehingga menimbulkan arti indah. Puisi selalu identik
dengan perasaan jujur seorang penyair. Jika kita membaca puisi akan lain
dibawanya. Kita akan diarahkan pada berbagai tafsir kata dan simbol. Karena
kita ketahui puisi itu sendiri memiliki bahasa yang berbeda dengan genre sastra
lain seperti prosa. Bahasa puisi lebih rumit karena puisi tidak menggunakan
bahasa sehari-hari. Tetapi inilah ciri khas puisi yang membuat penikmat puisi
akan dibawanya ke alam bawah sadarnya dalam perasaan berangan-angan ketika
menghadapi makna puisi.
Misalnya dalam puisi berikut ini :
CINTA : Lautan Tak Bertepi
Cinta
adalah lautan tak bertepi
langit
hanyalah serpihan buih belaka.
Ketahuilah
langit berputar karena gelombang Cinta
Andai
tak ada Cinta, Dunia akan membeku.
Bila
bukan karena Cinta,
Bagaimana
sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana
tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana
ruh (hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Semua
itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak
dapat terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap
atom jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan
naik ke atas laksana tunas.
Cita-cita
mereka yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah
lagu
pujian Keagungan pada Tuhan.
Karya
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin Al-Khattabi Al-Bakri
Dalam
puisi “Lautan tak Bertepi” kita bisa
melihat banyak kata-kata yang belum memiliki arti yang sesungguhnya seperti Cinta lautan tak bertepi, serpihan buih belaka, langit berputar, gelombang Cinta, Dunia
akan membeku, tumbuhan akan mengorbankan diri, demi nafas (Ruh) yang
menghamili Maryam, beku dan kaku dan naik
ke atas laksana tunas.
Sejenak kita akan berhenti untuk
memaknai arti yang sesungguhnya pada kata seperti pada Cinta adalah lautan tak bertepi. Saya kira cinta memang lazim membutakan
mata seseorang sehingga seseorang dapat melakukan apapun demi yang dicintainya dalam
kata cinta-tak bertepi berarti cinta memiliki arti yang sangat luas bagi
seseorang. Dan akan merasa kecil ketika kita melakukan suatu kesalahan yang
membuat kita takut kehilangan. Tetapi karena adanya cinta kita mampu menghadapi
apapun. Seperti dikatakan langit berputar
karena gelombang cinta ini dapat seperti kita umpamakan seseorang mampu
seperti langit berputar berarti kita mempunyai kehidupan ini karena adanya
perasaan cinta yang mampu menggerakkan siapapun itu yaitu erat kaitannya dengan
kasih sayang dari sang Pencipta kepada hambanya.
Andai tak ada
Cinta, Dunia akan membeku.
Bila bukan
karena Cinta,
Bagaimana
sesuatu yang organik berubah menjadi tumbuhan?
Dalam penggalan bait puisi di atas
saya katakan cinta ini erat kaitannya dengan semangat hidup, nyawa karena jika
tak ada cinta dunia akan membeku
artinya dunia akan mati, seseorang tak akan ada yang hidup jika tak ada yang memberinya
nyawa untuk berubah dan tumbuh melihat dunia karena cinta Tuhan kepada hambanya
seseuatu yang organik beruah menjadi tumbuhan. Karena hal ini dapat kita
buktikan nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan? Sesuatu yang tak mungkin di
dunia jika Allah menghendaki pasti jadilah dia. Hal ini penyair mempertegas
keagungan Tuhan dalam bait berikutnya, perhatikan penggalan bait berikut :
Bagaimana
tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewani)?
Bagaimana ruh
(hewani) akan mengorbankan diri demi nafas (Ruh) yang menghamili Maryam?
Kita
orang Islam tahu betul bahwa Nabi Isa AS. lahir tanpa bapak. Bukankah ini hal
yang mustahil jika kita buktikan secara akal manusia. Allah membuktikan
kekuasaannya pada Maryam yang diberinya seorang anak. Ini adalah bagian dari
cinta Tuhan pada hambanya untuk mengujinya. Allah mengorbankan Maryam, lewat
Maryam lahirlah Isa. Bukankah jika kita sudah cinta hal apapun yang ingin kita
lakukan ingin sekali itu terjadi. Demikian halnya dengan takdir Maryam. Karena
siapa lagi yang memberi ruh pada tumbuhan dan ruh siapa yang menghamili Maryam
kecuali Tuhan yang membuat melainkan karena perasaan cinta-Nya.
Semua itu akan
menjadi beku dan kaku bagai salju
Tidak dapat
terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang.
Setiap atom
jatuh cinta pada Yang Maha Sempurna
Dan naik ke atas
laksana tunas.
Cita-cita mereka
yang tak terdengar, sesungguhnya, adalah
lagu pujian
Keagungan pada Tuhan.
Lihatlah pada seseorang yang sedang putus cinta dan
putus asa karena ia merasa tak ada lagi yang mecintainya. Entah waktu itu ia
sadar atau tidak. Betapa ia tidak semangat dan kehilangan senyumnya kala ia
berpisah dengan sang pujaan hati. Segalanya menjadi beku bagai salju. Tak ada
sisa-sisa semangatnya lagi. Tak ada cahaya yang menuntunnya. Tak dapat terbang
mencari kehidupannya.
Dalam penyelesaian puisi Rumi menyelesaikannya
dengan sangat apik. Cita-cita mereka yang
tak terdengar, sesungguhnya, adalah lagu pujian Keagungan pada Tuhan.
Memang dapat kita rasakan sendiri makna dari penggalan puisi tersebut tidak
semua cita-cita, permintaan-permintaan dan doa-doa yang kita panjatkan pada-Nya
langsung terkabul. Bukan karena Tuhan tak mendengar tetapi aku yakin Tuhan
ingin kita lebih dekat lagi dan lebih dekat lagi dalam mengagungkan pujian
terhadap-Nya. Sesuatu yang tak tercapai lantas kita mengatakan Allah tak
mendengar saya rasa kita belum benar-benar meyakini sifat wajib Allah. Allah
itu tidak tuli. Allah mendengar semuanya. Bahkan allah mendengar suara sekacil
apapun yang tak dapat kita dengar. Karena percayalah kita hanya butuh sedikit
tawakal dan sabar.
Jumat, 19 Oktober 2012
Kisah Mushab bin Umair Panglima Perang Uhud
Kisah Sahabat Nabi: Mush'ab bin Umair, Duta Islam yang
Pertama
Ilustrasi
Berita Terkait
Kisah Sahabat Nabi: Mu'adz bin Jabal, Pelita Ilmu dan Amal
Kisah Sahabat Nabi: Miqdad bin Amr, Mujahid Ulung dan Ahli
Filsafat
Kisah Sahabat Nabi: Khubaib bin Adi, Syahid di Tiang Salib
Kisah Sahabat Nabi: Khalid bin Sa'id bin Ash, Kebesaran Jiwa
Seorang Sahabat
Kisah Sahabat Nabi: Khalid bin Walid, Si Pedang Allah
REPUBLIKA.CO.ID, Mush'ab bin Umair salah seorang diantara
para sahabat Nabi. Ia seorang remaja Quraisy terkemuka, gagah dan tampan, penuh
dengan jiwa dan semangat kemudaan. Para
ahli sejarah melukiskan semangat kemudaannya dengan kalimat: "Seorang warga
kota Makkah yang mempunyai nama paling harum."
Mush'ab lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh
dalam lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Makkah
yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya sebagaimana yang dialami
Mush'ab bin Umair.
Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa
hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Makkah dan menjadi
bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat menjadi tamsil dalam
semangat kepahlawanan?
Suatu hari, anak muda ini mendengar berita yang telah
tersebar luas di kalangan warga Makkah mengenai Muhammad Al-Amin, yang
mengatakan dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka,
sebagai dai yang mengajak umat beribadah kepada Allah Yang Maha Esa.
Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah
bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar
jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit
Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.
Maka pada suatu senja, didorong oleh kerinduannya, pergilah
ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah SAW sering
berkumpul dengan para sahabatnya, mengajarkan mereka ayat-ayat Alquran dan
mengajak mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Akbar.
Baru saja Mush'ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat
Alqur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya
dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab pun
terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran di
kalbunya.
Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab, adalah seorang yang
berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat, Ia
wanita yang disegani bahkan ditakuti. Ketika Mush'ab memeluk Islam, tiada satu
kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri.
Bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala
para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang
menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab akan
menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya, bagi Mush'ab tidak dapat
dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk
menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah.
Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam
menghadiri majelis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan
dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita
keislamannya.
Tetapi di kota Makkah tiada rahasia yang tersembunyi,
apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana
mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak. Kebetulan seorang yang
bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush'ab memasuki rumah Arqam secara
sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad
SAW. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush'ab dan melaporkan berita yang
dijamin kebenarannya.
Berdirilah Mush'ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para
pembesar Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti
dibacakannya ayat-ayat Alquran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati
nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketakwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan
tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan
jatuh terkulai, ketika melihat cahaya yang membuat wajah putranya berseri
cemerlang itu kian berwibawa. Karena rasa keibuannya, ibunda Mush'ab tak jadi
menyakiti putranya. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di
rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya dengan rapat.
Demikianlah beberapa lama Mush'ab tinggal dalam kurungan
sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habasyah. Mendengar berita hijrah
ini Mush'ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya,
lalu pergi ke Habasyah melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama
saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Makkah. Kemudian ia pergi lagi
hijrah kedua kalinya bersama para sahabat atas titah Rasulullah dan karena taat
kepadanya.
Pada Suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin
yang sedang duduk sekeliling Rasulullah SAW. Demi memandang Mush'ab, mereka
menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah
karena duka. Mereka melihat Mush'ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal,
padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka—pakaiannya sebelum masuk
Islam—tak ubahnya bagaikan kembang di taman, berwarna-warni dan menghamburkan
bau yang wangi.
Adapun Rasulullah, menatapnya dengan pandangan penuh arti,
disertai cinta kasih dan syukur dalam hati. Pada kedua bibirnya tersungging
senyuman mulia, seraya berkata, "Dahulu aku lihat Mush'ab ini tak ada yang
mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian
ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya."
Suatu saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu
tugas maha penting saat itu. Ia menjadi duta atau utusan Rasul ke Madinah untuk
mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat
kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Di samping itu, ia juga mempersiapkan kota
Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah sebagai peristiwa besar.
Sebenarnya, di kalangan sahabat ketika itu masih banyak yang
lebih tua, lebih berpengaruh dan lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan
Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi Rasulullah menjatuhkan pilihannya kepada
Mush'ab. Dan bukan tidak menyadari sepenuhnya bahwa beliau telah memikulkan
tugas amat penting ke atas pundak pemuda itu dan menyerahkan kepadanya tanggung
jawab nasib Agama Islam di kota Madinah.
Mush'ab memikul amanat itu dengan bekal karunia Allah
kepadanya, berupa pikiran yang cerdas dan budi yang luhur. Dengan sifat zuhud,
kejujuran dan kesungguhan hati, ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk
Madinah hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam. Ketika tiba di Madinah
pertama kali, ia mendapati kaum Muslimin tidak lebih dari dua belas orang,
yakni hanya orang-orang yang telah baiat di bukit Aqabah. Namun beberapa bulan
kemudian, meningkatlah jumlah orang-orang yang memenuhi panggilan Allah dan
Rasul-Nya.
Mush'ab memahami tugas dengan sepenuhnya, hingga tak
terlanjur melampaui batas yang telah diterapkan. Ia sadar bahwa tugasnya adalah
menyeru kepada Allah, menyampaikan berita gembira lahirnya suatu agama yang
mengajak manusia mencapai hidayah Allah, membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Akhlaknya mengikuti pola hidup Rasulullah SAW yang diimaninya yang mengemban
kewajiban hanya menyampaikan belaka. Demikianlah duta Rasulullah yang pertama itu
telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang
memang wajar dan layak diperolehnya.
Dalam Perang Uhud, Mush'ab bin Umair adalah salah seorang
pahlawan dan pembawa bendera perang. Ketika situasi mulai gawat karena kaum
Muslimin melupakan perintah Nabi, maka ia mengacungkan bendera
setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang musuh.
Targetnya, untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah
SAW. Dengan demikian ia membentuk barisan tentara dengan dirinya sendiri.
Tiba-tiba datang musuh bernama Ibnu Qumaiah dengan
menunggang kuda, lalu menebas tangan Mush'ab hingga putus, sementara Mush'ab
meneriakkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang
sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."
Maka Mush'ab memegang bendera dengan tangan kirinya sambil
membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus
pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan
meraihnya ke dada sambil berucap, "Muhammad itu tiada lain hanyalah
seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."
Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan
tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan
bendera jatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.
Rasulullah bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran
untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat
terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya.
Tak sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai
burdah. Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya.
Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah
SAW bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah
dengan rumput idzkhir!"
Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain
penutup itu, Rasulullah berkata, "Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun
aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya.
Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai
burdah."
Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para
syuhada, kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru,
"Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian
semua adalah syuhada di sisi Allah!"
Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup,
Rasulullah bersabda, "Hai manusia, berziarahlah dan berkunjunglah kepada
mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang
Muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka
akan membalasnya."
Semoga kisah Mushab bin Umair ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Rabu, 17 Oktober 2012
Artikel Belajar dari kelima jari tangan
113-hand-with-ball-of-energy |
Belajar dari kelima jari tangan
Pelajaran
ini Allah berikan melalui salah seorang ustadz dalam suatu daurah.
Jempol atau
ibu jari, mewakili potensi. Biasanya kita mengacungkan jempol sebagai tanda untuk
menilai suatu kelebihan, kebaikan, kecakapan, atau hal lain yang dianggap
pantas ‘diacungi jempol’. Ibu jari ini mengingatkan kita betapa pentingnya
mengembangkan potensi di dalam diri kita. Teruslah memperbaiki dan
mengembangkan diri sehingga kita memiliki potensi yang bermanfaat bagi umat dan
pantas ‘diacungi jempol’.
Jari
telunjuk, mewakili arah. Biasanya kita menggunakan telunjuk untuk menunjukkan
suatu arah. Begitupun dalam hidup kita, telunjuk mengingatkan kita untuk selalu
memiliki arah, visi, tujuan yang ingin kita capai. Tentukan tujuan hidup kita.
Visualisasikan mimpi yang ingin kita gapai dengan jelas. Fokuslah pada arah
atau tujuan hidup kita.
Jari tengah,
mewakili keseimbangan. Jari tengah ini merupakan jari yang berada di
tengah dan memiliki tugas untuk menyeimbangkan kedua jari yang berada di sebelah
kanan dan kirinya. Jari tengah mengingatkan kita untuk selalu menjaga
keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan antara jasad, akal, dan ruh.
Keseimbangan antara makanan, minuman, dan udara. Keseimbangan antara tugas kita
sebagai abid dan sebagai khalifah atau pemimpin. Keseimbangan antara takut dan
harap. Keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Jari manis,
mewakili relasi. Entah darimana asalnya mengapa jari ini disebut jari
manis. Mungkin karena jari jari ini menjadi salah satu bagian tubuh yang digunakan
untuk memasangkan simbol sebuah relasi, seperti pernikahan. Jari manis
mengingatkan kita untuk selalu menjaga silaturahim dengan orang-orang di
sekitar kita. Perbanyaklah silaturahim, jagalah silaturahim, sambunglah kembali
silaturahim.
Jari
kelingking, mewakili kehati-hatian. Mungkin karena jari
ini berukuran paling kecil di antara keempat jari lain, maka jari ini terkadang
sering diabaikan. Padahal tidak ada hal sekecil apapun yang sia-sia. Jari
kelingking mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati terhadap sesuatu yang
kita anggap remeh. Bisa jadi hal yang kecil menjadi suatu masalah yang besar
bila kita kurang hati-hati dalam bersikap. Bukankah taqwa itu seperti berjalan
di atas jalan berduri. Berhati-hatilah dalam melangkah.
Subhanallah
banyak sinergitas yang bisa kita dapat ketika kelima jari ini kita gabungkan.
Coba gabungkan kelima jari kita. Kepalkan di udara lalu berteriaklah,
semangat!!!
Senin, 15 Oktober 2012
Artikel
Jalaludin Rumi Page
Jalaludin Rumi Image |
Ini adalah aturan dengan pemabuk jatuh pada satu sama lain,
bertengkar, menjadi kekerasan, dan membuat heboh.
Kekasih ini bahkan lebih buruk daripada seorang pemabuk.
Saya akan memberitahu Anda apa itu cinta: untuk memasukkan sebuah tambang emas.
Dan apa emas itu?
Kekasih adalah Raja di atas segala raja,
tidak takut kematian, sama sekali tidak tertarik pada sebuah mahkota emas.
Darwis memiliki mutiara tersembunyi di bawah jubah ditambal nya.
Mengapa ia pergi mengemis dari pintu ke pintu?
Tadi malam bahwa bulan datang,
mabuk, menjatuhkan pakaian di jalan.
"Bangunlah," kataku hati saya, "Berikan jiwa segelas anggur.
Saat telah tiba untuk bergabung burung bulbul di kebun,
secukupnya gula dengan burung beo jiwa. "
Saya telah jatuh, dengan hati saya hancur -
mana lagi tapi di jalan Anda? dan saya
memecahkan mangkuk Anda, mabuk, idola saya, begitu mabuk,
jangan biarkan aku dirugikan, meraih tanganku.
Sebuah aturan baru, undang-undang baru telah lahir:
melanggar semua gelas dan jatuh ke arah blower kaca
bertengkar, menjadi kekerasan, dan membuat heboh.
Kekasih ini bahkan lebih buruk daripada seorang pemabuk.
Saya akan memberitahu Anda apa itu cinta: untuk memasukkan sebuah tambang emas.
Dan apa emas itu?
Kekasih adalah Raja di atas segala raja,
tidak takut kematian, sama sekali tidak tertarik pada sebuah mahkota emas.
Darwis memiliki mutiara tersembunyi di bawah jubah ditambal nya.
Mengapa ia pergi mengemis dari pintu ke pintu?
Tadi malam bahwa bulan datang,
mabuk, menjatuhkan pakaian di jalan.
"Bangunlah," kataku hati saya, "Berikan jiwa segelas anggur.
Saat telah tiba untuk bergabung burung bulbul di kebun,
secukupnya gula dengan burung beo jiwa. "
Saya telah jatuh, dengan hati saya hancur -
mana lagi tapi di jalan Anda? dan saya
memecahkan mangkuk Anda, mabuk, idola saya, begitu mabuk,
jangan biarkan aku dirugikan, meraih tanganku.
Sebuah aturan baru, undang-undang baru telah lahir:
melanggar semua gelas dan jatuh ke arah blower kaca
Sepotong Kisah
Hanya satu potong kue kukus yang menemani
perutku, dengan ice cream rasa strawberry yang mencair di dalamnya dan
bercampur, berkumpul menjadi satu dan memenuhi sudut ruang. Segala macam
aroma parfum dengan ciri khasnya masing-masing mengaduk-aduk ruang
dengan penuh luapan emosi. Aku pusing dibuatnya. Lalu kuserahkan tubuhku
pada si dia kasur yang empuk yang akan kesal jika aku sengaja berbaring
dengan badan berkeringat dan penuh dengan aroma-aroma parfum yang tak
jelas wanginya itu. Kutinggalkan saja mereka dengan sengaja sebelum
nanti akhirnya semua akan tahu aroma parfum yang manakah yang akan
menjadi pemenang.
Oleh Nurohmah
15 Oktober 2012
Oleh Nurohmah
15 Oktober 2012
Sabtu, 13 Oktober 2012
Puisi Galau
Nurohmah
Sampai
Akhir Kisah
Rekatkan aku pada
hatimu
Larutkan aku dalam
imajimu
Terbangkan aku dalam
khayalmu
Bawalah aku melihat
cakrawala
Serta sediakanlah aku
candamu
Tumpahkanlah rasa dan
hasratmu
Bersandarlah sampai
akhir kisah
01 Oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)