Selasa, 17 Juni 2014

Feature dan Tulisan Fiksi (Essai)





oleh Nurohmah
Menulis sama seperti halnya menggambar. Sama-sama menumpahkan perasaan. Merasakan energinya dan menyisakan kelegaan sesudahnya. Sesuatu hal yang bisa kita tuangkan dalam tulisan kita adalah pengalaman perjalanan. Baik itu suatu tempat hiburan atau hal-hal apa saja yang dianggap tak wajar atau lumrah. Suatu hal yang sifatnya menyerupai ini biasanya kita kenal dengan feature.
Dunia yang sangat indah ini sangat disayangkan jika tidak dinikmati.  Oleh karena itu feature kerap terlahir dari komunitas pecinta traveling. Kemudian mereka menuangkan informasi atau bahkan hal-hal yang tidak biasa atau umum dalam sebuah feature perjalanan atau feature profile. Namun feature kerap menyerupai tulisan-tulisan fiksi karena sumber penciptaannya yang sama.
Novel bergenre memoar dan feature bahasanya sama-sama terurai yaitu deskriptif, sumber penciptaannya sama yaitu realitas, dan juga sama-sama mengandung informasi. Namun hal yang membedakannya yaitu feature lebih ekspositif dan berdasarkan realitas, memiliki informasi yang lebih menunjang dan dalam konfliknya tidak bercampur dengan unsur kausalitas pengarang seperti alur, karena tulisan fiksi hanya bersifat hiburan semata dan tidak semuanya komprehensif.
Saat ini karya sastra memang berkembang begitu pesat. Mengalahkan kiprahnya penulis opini. Penulis sastra pun kini telah menempati bloknya masing-masing. Entah itu blok sastra populer, domestic drama, mainstream romance, baby love, teen romance, chicklit, teenlit, fiksi mini dan masih banyak lagi blok lainnya. Feature sendiri juga banyak macamnya, misalnya feature perjalanan, feature pribadi, feature how to, feature sejarah, feature interpretatif dan feature musiman.
Seperti halnya keranjingan, menulis adalah suatu hal yang tidak dapat dihentikan. Begitu juga penulis, mereka menulis apapun yang melintas dalam benak mereka. Terkadang mereka menulis tidak sepenuhnya murni dari hasil imajinasi. Ada kalanya mereka menemukan kebuntuan dan akhirnya mereka pergi mendatangi suatu tempat yang dianggapnya akan memberikan ilham. Oleh karena itu, tak jarang pengarang menulis kehidupannya sendiri dalam karyanya. Begitu juga halnya feature, mereka lahir dari pengalaman yang penulis temui.
Sekitar satu bulan yang lalu, di kampus tercinta tempat saya menuntut ilmu menyelenggarakan acara penulisan editorial, berita dan feature. Salah seorang pemateri bernama Mahir Pradana penulis novel “Rhapsody” menceritakan kepada kami bahwa dia telah menulis feature pribadi yang berjudul “Mercedes”. Sama seperti apa yang saya rasakan ketika mendengar judul tersebut, Mahir mengaku langsung terlintas dalam pikirannya bahwa itu adalah nama sebuah mobil mewah ketika mewawancarai Mercedes.
“Mercedes? Ya, itu adalah nama yang sangat bagus.” Begitu mungkin gambaran dari seorang Mahir ketika mewawancarai ibunya Mercedes.
Apapun suatu bentuk tulisan, apakah itu fiksi atau nonfiksi, yang terpenting adalah tulisan kita memberikan banyak manfaat bagi komunitas pembaca. Teruslah menulis dan biarkan khalayak yang menilainya. Terlepas itu bagus atau tidak, jangan pedulikan hal tersebut, karena perkara menulis bukanlah mengejar nilai A. Namun menulis adalah sebuah panggilan.